Ilusi Media Sosial Perusak Kehidupan Dengan Standar TikTok – Pernah nggak sih, kamu scrolling TikTok lalu merasa “wah, hidup orang lain kok kelihatan sempurna banget?” Dari gaya hidup mewah, pencapaian karier, sampai pasangan idaman, semua terlihat begitu sempurna. Tapi, apa kamu sadar kalau semua itu cuma bagian kecil dari kehidupan mereka? Nah, inilah yang disebut dengan Standar TikTok. Platform ini bukan hanya sekadar tempat mencari hiburan, tapi juga menciptakan standar baru yang sering bikin kita merasa minder atau bahkan depresi.
Yuk, kita bahas lebih dalam fenomena ini. Kenapa TikTok begitu kuat memengaruhi kehidupan banyak orang? Apa pengaruhnya terhadap kesehatan mental? Dan yang terpenting, bagaimana kita menyikapinya supaya tetap waras di tengah tekanan media sosial?
Apa Itu Standar TikTok?
“Standar TikTok” adalah istilah yang muncul untuk menggambarkan bagaimana platform ini menciptakan tren yang secara perlahan mengarahkan cara orang berpikir, bertindak, dan menilai diri mereka sendiri. Misalnya, kamu merasa harus memiliki tubuh ideal, rumah mewah, atau pasangan romantis hanya karena melihat konten-konten di For You Page (FYP).
Algoritma yang Membentuk Kehidupan Kita
TikTok menggunakan algoritma pintar yang menunjukkan konten berdasarkan minat dan interaksi kita. Semakin sering kita melihat jenis konten tertentu, semakin banyak konten serupa yang akan muncul. Akibatnya, kita jadi terjebak dalam lingkaran standar yang seakan-akan harus diikuti.
Kehidupan yang Terlihat Sempurna
Media sosial, termasuk TikTok, sering hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Foto liburan mewah, momen romantis, atau pencapaian karier hanyalah cuplikan kecil dari realita. Sisi sulit, seperti perjuangan atau kegagalan, jarang sekali muncul. Akibatnya, banyak orang merasa hidup mereka tidak cukup baik dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di media sosial.
Dampak Standar TikTok pada Kesehatan Mental
Fenomena ini ternyata punya dampak besar, terutama pada kesehatan mental.
Rasa Minder dan Insecure
Melihat orang lain sukses atau bahagia di TikTok sering membuat kita tanpa sadar membandingkan diri. Kamu jadi merasa minder atau insecure kalau tidak punya pencapaian yang sama.
FOMO: Fear of Missing Out
Ada istilah FOMO atau Fear of Missing Out, yaitu rasa takut ketinggalan tren atau pengalaman yang sedang viral. Hal ini bikin kita merasa harus ikut-ikutan meskipun sebenarnya itu di luar kemampuan kita.
Risiko Depresi dan Gangguan Psikologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan media sosial berhubungan dengan penurunan kebahagiaan dan kesehatan mental. Orang yang terus-menerus membandingkan diri dengan standar media sosial berisiko mengalami depresi, cemas, atau bahkan kehilangan arah dalam hidup.
Solusi untuk Menghadapi Standar TikTok
Jangan khawatir, bukan berarti kamu harus langsung hapus semua media sosial. Ada cara-cara sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menghadapinya.
Batasi Waktu Penggunaan Media Sosial
Penelitian menunjukkan bahwa mengurangi penggunaan media sosial hanya 30 menit sehari sudah bisa membantu menurunkan risiko depresi. Cobalah atur waktu khusus untuk scrolling TikTok, misalnya hanya 1 jam sehari, dan gunakan sisa waktu untuk kegiatan produktif seperti membaca atau olahraga.
Fokus pada Diri Sendiri
Penting untuk selalu ingat bahwa apa yang kamu lihat di media sosial bukanlah realita sepenuhnya. Fokuslah pada apa yang membuat kamu bahagia dan bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki.
Buat Standar Hidup yang Realistis
Daripada mengikuti standar orang lain, kenapa nggak buat standar sendiri yang sesuai dengan nilai dan tujuan hidupmu? Misalnya, alih-alih mengejar gaya hidup mewah, kamu bisa fokus pada kebahagiaan sederhana seperti menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman.
Kesimpulan
TikTok dan media sosial lainnya memang sudah menjadi bagian besar dari kehidupan kita, terutama di Indonesia. Namun, jangan sampai kita kehilangan kendali atas kebahagiaan dan kesehatan mental hanya karena tekanan dari standar yang tidak realistis.
Ingat, apa yang kita lihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhannya. Dengan meningkatkan kesadaran diri, membatasi waktu penggunaan media sosial, dan menetapkan standar hidup yang relevan dengan diri kita, kita bisa tetap menikmati media sosial tanpa kehilangan jati diri.
Jadi, yuk berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain di media sosial. Fokus pada apa yang benar-benar penting untuk dirimu, dan pastikan kamu tetap jadi versi terbaik dari dirimu sendiri.